Change or Die
Oleh :Hidayaturrahman*
Segala sesuatu yang ada di muka bumi ini mengalami perubahan. Tidak ada yang statis. Yang tidak berubah dan senantiasa tetap adalah perubahan itu sendiri. Jadi, perubahan merupakan sunnatullah, ada yang menyebutnya hukum alam. Mungkin lebih tepat disebut hukum Allah yang berlaku di alam raya. Maka perubahan itu sesuatu yang given.Oleh :Hidayaturrahman*
Indonesia yang dikenal sebagai Negara tropis mengenal dua musim, yang senantiasa terus berubah secara bergantian. Musim hujan yang ditandai dengan turunnya hujan dan musim panas yang ditandai dengan berhentinya cucuran air hujan.
Curah air hujan yang jatuh dari langit menggerakkan, atau bahkan menghidupkan tumbuhan, pepohonan serta tanaman yang dulunya kering kerontang ketika kemarau melanda. Bunga dan kembang merekah begitu indah dan cantiknya, rumput hijau menghias bumi. Sejuk pandangan mata dibuatnya.
Manusia pun demikian, secara alamiah pasti mengalami perubahan. Dari belum bisa disebut apa-apa, kemudian berkembang terus sampai lahir dan tumbuh menjadi seorang pemuda yang gagah atau gadis yang cantik rupawan.
Pada tutur kata, sikap mental dan prilaku manusia juga dituntut untuk berubah. Tidak elok orang yang telah dewasa secara fisik dan usia, berbicara dan sikapnya masih sama seperti bayi yang baru belajar berbicara dan bertatakrama. Begitu pun orang tua yang jadi panutan anak-anak, tidak pantas bersikap kekanak-kanakan.
Perubahan yang diinginkan dalam konteks perikehidupan manusia adalah perubahan menuju kehidupan yang lebih baik, untuk menjalankan misi nilai-nilai kemanusiaan (humanistic interest). Ada ucapan Nabi Muhammad Saw yang mashur mengenai hal ini. “Berbahagialah orang yang hari ini lebih baik dari kemarin. Dan hari besoknya lebih baik dari hari ini.”
Manusia dalam konteks ini dituntut untuk melakukan perubahan pada pola pikir, sikap, prilaku, dan seluruh tindak-tanduknya. Karena itu, dalam kehidupan para shalafusshalih (tokoh terbaik umat ini) tradisi muhasabah (instropeksi diri) populer dalam kehidupan mereka.
Sama halnya dengan manusia, organisasi juga diperlukan untuk merubah diri dan paradigmanya. Dalam organisasi modern, reorganisasi selalu terus dilakukan. Di sini ada litbang, training, dan berbagai kegiatan yang dilakukan untuk merubah dan meningkatkan kapasitas masing-masing bagian dan departemen.
Maka perubahan adalah sebuah keniscayaan. Dengan berubah, terjadi penyegaran, pembaruan dan lain-lain yang bersifat dinamis. Dalam dinamika ada kehidupan, keharmonisan, ketenteraman, bahkan kesehatan. Coba perhatikan air sungai yang mengalir. Padanya ada kehidupan nyata, atau malah menjadi sumber kehidupan bagi sebagian orang yang memang menggantungkan kebutuhan hidupnya pada air sungai. Air sungai dapat dimanfaatkan untuk bersuci, juga keperluan hidup lain seperti minum, masak, mencuci, mandi dan lainnya. Pun demikian untuk mengairi sawah dan ladang serta memberi minum hewan ternak dari air sungai yang mengalir.
Konon, air laut yang asin itu juga mengalami dinamika sedemikian rupa sehingga dapat menghidupi makhluq hidup yang ada di bawahnya. Jika air laut itu statis, maka kehidupan ekosistem yang ada di dalam lautan akan mengalami dispute.
Ombak pun demikian, gerakan yang dilakukannya adalah sebuah siklus memberi kehidupan bagi ikan di dalamnya. Karena gerakan ombak yang dihasilkan oleh tiupan angin menghasilkan oksigen yang dimasukkan ke bawah laut, kemudian dihirup oleh ikan dan makhluq lain.
Sebaliknya, statis, diam dan kejumudan atau sikap malas, tidak mau berubah dan bergerak hanya akan melahirkan kerugian dan dampak negatif. Coba perhatikan air tergenang yang tidak bergerak, seperti air hujan yang tertampung pada tempurung di bawah pohon kelapa. Seiring berjalannya waktu, air itu akan berubah menjadi kotor dan melahirkan bibit jentik nyamuk, yang kemudian menjelma menjadi monster pembunuh yang mengerikan.
Manusia pemalas yang tidak aktif dalam hidupnya dibenci oleh masyarakat dan agama, karena akan membawa kehancuran. Lihat misalnya Khalifah Umar bin Khattab ra, menghardik seorang pemuda yang hanya menghabiskan waktunya untuk berdoa di dalam masjid dan tidak mau pergi bekerja di pasar atau sekadar pergi ke hutan mencari kayu bakar yang dengan begitu ia bisa makan. Memang langit tidak pernah menurunkan emas.
Allah Swt dalam al-Qur’an dengan tegas mengisyaratkan wajibnya perubahan pada diri dan umat serta bangsa. “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, hingga kaum itu mengubah diri mereka sendiri.” [QS. Ar-Ra’du/13: 11].
Jadi, bola perubahan itu sekarang ada di tangan kita masing-masing. Baik sebagai individu anggota masyarakat atau tokoh nonformal dan pemimpin organisasi, komunitas, lembaga pendidikan dan lain-lain. Mau berubah atau tidak. Hanya ada dua kemungkinan yang terjadi dalam kehidupan ini; kita lakukan perubahan itu atau kita yang dipaksa untuk berubah oleh sejumlah kekuatan yang ada (invisible hand).
Kalau kita pilih yang pertama, maka kita memiliki peranan penting perubahan (asset of change), atau malah menjadi penentu kebijakan (decision maker). Pada posisi ini kita bisa menentukan ke arah mana mau dibawa kemana gerbong perubahan itu. Kita juga dapat menentukan, kapan lokomotif yang membawa gerbong harus belok kiri, belok kanan, tancap gas, pelan atau sekadar lansir sejenak. Ringkasnya, kebijakan ada di tangan kita. Dan berhasil tidaknya ditentukan oleh kepiawaian kita dalam mengemudikan lokomotif.
Namun jika kita pilih yang kedua, yaitu berubah karena dipaksa atau terpaksa, maka kita tidak menjadi siapa-siapa dalam arti fungsi dan peran, kita hanya akan dianggap sebagai penumpang biasa, kalau tidak penumpang kelas ekonomi paling nahas juga penumpang gelap yang keberadaannya tidak menentukan arah kebijakan, atau malah jadi masalah yang perlu ditangani.
Kita mungkin tidak akan membuat pilihan lain, yaitu tidak berubah, karena kalau demikian, kita akan ketinggalan gerbong kereta perubahan yang sedang melaju cepat. Lebih naïf lagi, jika tidak melakukan perubahan akan melahirkan penyesalan. Jadi hanya satu pilihan untuk kita, BERGERAK ATAU MATI. Karena hanya orang mati yang tidak bergerak.
*Founding of Himas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar